Implementasi Autonomous Maintenance ala JIPM

Halo, Sobat Pemeliharaan!
Kali ini, kita akan membahas mengenai autonomous maintenance menurut JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance). Autonomous maintenance adalah salah satu konsep dalam Total Productive Maintenance (TPM) yang bertujuan untuk melibatkan semua operator dalam menjaga dan merawat peralatan mereka.
Jadi, bukan hanya tugas teknisi atau tim maintenance saja, lho!

Langkah-langkah Implementasi autonomous maintenance

Sebelum kita masuk ke langkah-langkah implementasi autonomous maintenance, ada baiknya kita tahu dulu beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan dari penerapannya, seperti:

  1. Meningkatkan keterampilan operator dalam merawat dan memperbaiki mesin.
  2. Mengurangi waktu downtime mesin akibat kerusakan atau perawatan rutin.
  3. Meningkatkan produktivitas perusahaan.
  4. Menciptakan budaya kerja yang lebih baik dan saling mendukung.

Menarik, bukan? Yuk, kita mulai langkah demi langkah pelaksanaan dan implementasi sukses penerapan autonomous maintenance ala JIPM!

Tahap 1: Pemahaman Dasar dan Pelatihan

Sebelum kita menerapkan autonomous maintenance, kita perlu memahami dasar-dasar perawatan mesin dan peralatan. JIPM merekomendasikan untuk memberikan pelatihan kepada operator, mulai dari cara membersihkan mesin, pelumasan, hingga teknik inspeksi yang sederhana.

Contoh: Memberikan pelatihan cara melumasi mesin dengan benar kepada operator. Jadi, nanti mereka bisa melakukan tugas ini dengan baik, tanpa menunggu teknisi.

Tahap 2: Pembersihan dan Inspeksi Awal

Setelah memahami dasar-dasar, saatnya kita mulai membersihkan dan menginspeksi peralatan secara menyeluruh. Tujuannya adalah untuk mengenali kondisi mesin saat ini dan menemukan area yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.

Contoh: Operator menginspeksi mesin dan menemukan bahwa ada beberapa bagian yang perlu dilumasi lebih sering. Maka, mereka bisa langsung mengambil tindakan untuk memperbaiki hal tersebut.

Tahap 3: Penyusunan Standar Pemeliharaan

Setelah pembersihan dan inspeksi awal, kita perlu menyusun standar pemeliharaan yang akan diikuti oleh operator. Standar ini mencakup jadwal pembersihan, pelumasan, dan inspeksi rutin yang harus dilakukan.

Contoh: Menyusun jadwal pelumasan mingguan untuk mesin yang perlu dilumasi lebih sering. Dengan ini, operator akan tahu kapan mereka harus melumasi mesin tersebut.

Baca lainnya ?  Quality COST itu MAHAL

Tahap 4: Pelaksanaan Pemeliharaan

Saatnya operator mulai menjalankan standar pemeliharaan yang telah disusun. Pada tahap ini, penting untuk terus memonitor dan memberikan dukungan kepada operator agar mereka bisa menjalankan tugas mereka dengan baik.

Contoh: Tim maintenance dan operator melakukan inspeksi bersama setiap bulan untuk memastikan bahwa semua mesin telah dirawat dengan baik.

Tahap 5: Evaluasi dan Peningkatan

Setelah operator menjalankan standar pemeliharaan, kita perlu mengevaluasi hasilnya. Apakah ada perbaikan yang signifikan? Apakah ada hal yang perlu diperbaiki dalam prosesnya? Pada tahap ini, kita akan terus mencari cara untuk meningkatkan sistem autonomous maintenance.

Contoh: Mengadakan pertemuan antara tim maintenance dan operator untuk membahas hasil evaluasi dan menentukan langkah peningkatan yang perlu dilakukan.

Tahap 6: Keterlibatan Manajemen

Untuk menjaga keberlanjutan sistem autonomous maintenance, kita perlu melibatkan manajemen dalam proses ini. Dengan dukungan manajemen, kita bisa memastikan bahwa autonomous maintenance menjadi bagian dari budaya perusahaan dan terus berkembang.

Contoh: Melaporkan hasil evaluasi dan rencana peningkatan kepada manajemen, serta mengajukan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan program ini.

Tahap 7: Membangun Budaya Perawatan

Tahap terakhir dalam penerapan autonomous maintenance adalah menciptakan budaya perawatan yang kuat di perusahaan. Ini mencakup edukasi dan pelatihan yang berkelanjutan, komunikasi yang baik antara tim maintenance dan operator, serta pengakuan atas usaha operator dalam merawat peralatan mereka.

Contoh: Memberikan penghargaan kepada operator yang berhasil mencapai target pemeliharaan mesin, sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk terus menjaga peralatan dengan baik.

Dengan mengikuti tahapan di atas, kita bisa sukses menerapkan autonomous maintenance ala JIPM. Namun, ingat bahwa setiap perusahaan memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda. Jadi, jangan ragu untuk menyesuaikan langkah-langkah ini sesuai dengan kondisi perusahaan Sobat Pemeliharaan.


“Tak perlu khawatir tentang produktivitas dan profitabilitasmu, PT MITRA PRIMA PRODUKTIVITAS dan COACH WAWANG siap membantumu mencapai kesuksesan!”


Konsep Implementasi di Lantai Kerja

Sekarang, sudah paham kan tentang autonomous maintenance menurut JIPM? Ayo, kita coba untuk mengimplementasikan konsep ini di perusahaan kita masing-masing! Dengan bekerja sama dan saling mendukung, kita bisa mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.

Baca lainnya ?  Transformasi TPM Meroketkan Profitabilitas Bisnis

Untuk memudahkan pemahaman, berikut ilustrasi agar lebih bisa membantu:

  1. Pemahaman Dasar dan Pelatihan: 100% operator terlatih.
  2. Pembersihan dan Inspeksi Awal: Temukan 10 area yang perlu diperbaiki.
  3. Penyusunan Standar Pemeliharaan: Buat 5 standar pemeliharaan utama.
  4. Pelaksanaan Pemeliharaan: Turunkan downtime mesin sebesar 20%.
  5. Evaluasi dan Peningkatan: Tingkatkan efisiensi mesin sebesar 10%.
  6. Keterlibatan Manajemen: Dapatkan dukungan 100% dari manajemen.
  7. Membangun Budaya Perawatan: Capai tingkat kepuasan operator sebesar 90%.

Sudah siap mencoba? Mari kita mulai bersama-sama menerapkan autonomous maintenance di perusahaan kita dan rasakan manfaatnya langsung! Jangan tunda lagi, karena semakin cepat kita mulai, semakin cepat kita merasakan dampak positifnya.

Ingat, setiap langkah yang kita ambil dalam menerapkan autonomous maintenance akan membawa perusahaan kita ke arah yang lebih baik. Jadi, jangan ragu untuk berbagi informasi ini dengan rekan kerja dan atasan, sehingga semakin banyak pihak yang terlibat dan berkomitmen dalam menjaga peralatan di perusahaan kita.

Semoga pembahasan kali ini bermanfaat, dan semoga kita semua bisa sukses menerapkan autonomous maintenance ala JIPM. Tetap semangat dan selalu jaga komunikasi yang baik antara tim maintenance dan operator, karena kerja sama yang solid adalah kunci keberhasilan dalam penerapan konsep ini.

Pembagian Tugas Dan Tanggung Jawab dalam Implementasi AM

Dalam implementasi Autonomous Maintenance (AM), pembagian tugas dan tanggung jawab antara operator, teknisi, dan staff maintenance sangat penting untuk dipahami. Berikut ini penjelasan mengenai pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak:

1. Operator

Tugas dan tanggung jawab operator dalam AM meliputi:

  1. Melakukan pembersihan mesin dan peralatan sesuai jadwal yang ditetapkan.
  2. Melakukan pelumasan dan inspeksi rutin pada mesin yang mereka operasikan.
  3. Melaporkan masalah atau kerusakan yang ditemukan pada mesin kepada teknisi atau staff maintenance.
  4. Menjalankan standar pemeliharaan yang telah disusun.
  5. Berpartisipasi dalam pelatihan dan peningkatan keterampilan perawatan mesin.
Baca lainnya ?  Etis dan Integritas pada Effective Leadership

Contoh: Operator mesin A bertanggung jawab untuk membersihkan dan melumasi mesin tersebut setiap hari, serta menginspeksi kondisi mesin setiap minggu.

2. Teknisi

Tugas dan tanggung jawab teknisi dalam AM meliputi:

  1. Membantu operator dalam memahami dasar-dasar perawatan mesin dan peralatan.
  2. Memberikan dukungan dan saran teknis kepada operator dalam melaksanakan perawatan mesin.
  3. Menangani masalah atau kerusakan mesin yang lebih kompleks yang tidak dapat diatasi oleh operator.
  4. Membantu menyusun standar pemeliharaan dan melakukan evaluasi serta peningkatan sistem AM.

Contoh: Teknisi mesin A akan membantu operator dalam pelatihan cara melumasi mesin dengan benar, serta menangani masalah kerusakan yang memerlukan pengetahuan teknis lebih mendalam.

3. Staff Maintenance

Tugas dan tanggung jawab staff maintenance dalam AM meliputi:

  1. Mengawasi pelaksanaan sistem AM di perusahaan.
  2. Mengkoordinasikan antara operator dan teknisi dalam pelaksanaan AM.
  3. Menyusun jadwal pelatihan, evaluasi, dan peningkatan sistem AM.
  4. Melaporkan hasil evaluasi dan rencana peningkatan kepada manajemen.
  5. Membangun budaya perawatan yang kuat di perusahaan.

Contoh: Staff maintenance bertugas mengatur jadwal pertemuan antara operator dan teknisi untuk membahas evaluasi dan peningkatan sistem AM, serta melaporkan hasilnya kepada manajemen.

Dengan memahami pembagian tugas dan tanggung jawab antara operator, teknisi, dan staff maintenance dalam implementasi AM, kita bisa menciptakan sistem perawatan yang efisien dan efektif. Selain itu, kerja sama yang baik antara ketiga pihak ini akan membantu menciptakan budaya perawatan yang kuat di perusahaan. Selamat mencoba dan semoga sukses, Sobat Pemeliharaan!

Selamat mencoba, Sobat Pemeliharaan! Sampai jumpa di pembahasan menarik lainnya!

Salam Produktivitas!
Dan Anda bisa terus belajar bersama dengan kami di Jago Kaizen dan Coach Wang.

Ingin mempelajari secara langsung dan privat tentang TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE?
Anda ingin mengundang trainer atau consulting provider?
PT Mitra Prima Produktivitas adalah provider coaching, mentoring, training, dan consulting ternama di Indonesia untuk kinerja Produktivitas dan peningkatan Profitabilitas.

Bersama Coach Wawang

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Kontak Coach Wang